MAKALAH
HUBUNGAN
ANTARA KEBAKARAN HUTAN DAN PEMANASAN GLOBAL
DI
SUSUN OLEH :
Zulfikar
Abdul Gani (11)
Andi Muh.
Imran Muchtar (15)
KELAS
XII.A
SMK
KEHUTANAN MAKASSAR
T.A.
2013/2014
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirabbilalamin, banyak
nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji
hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul” Hubungan Antara Kebakaran Hutan Dan
Pemanasan Global”. Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari
berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada: Kedua orang tua dan segenap keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu
besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa
memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir
kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Makassar, Mei 2014
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar belakang disusunnya makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh guru pengajar. Makalah
ini membahas tentang hubungan Kebakaran hutan dan Pemanasan global. Kebakaran
hutan banyak menimbulkan dampak negatif seperti hilangnya habitat para hewan
banyak kayu yang terbuang sia-sia dan dampak yang paling buruk adalah pemanasan
global. Makalah ini disusun berdasarkan tentang perbincangan yang sedang hangat
dibicarakan oleh dunia mengenai pemansan global yang menjadi bencana dunia yang
harus kita hadapi bersama-sama. Pemanasan global belum menemukan titik terang
dalam penanggulangannya tetapi sudah banyak usah-usaha yang kita lakukan dalam
mengatasi pemanasan global. Untuk itu dengan di buatnya makalah ini kami
berharap agar dapat di gunakan sebaik mungkin dalam mengatasi masalah kebakaran
hutan dan pemanasan global.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa hubungan kebakaran hutan dengan
pemanasan global ?
2.
Kenapa kebakaran hutan bisa
menyebabkan pemanasan global ?
3.
Solusi mengatasi kebakaran hutan dan
pemanasan global ?
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Kebakaran Hutan dan Pemanasan
Global
Kebakaran
Hutan merupakan
suatu faktor lingkungan dari api yang memberikan
pengaruh terhadap hutan, menimbulkan dampak negatif
maupun positif. Kebakaran Hutan yang terjadi adalah akibat ulah manusia maupun
faktor alam. Penyebab Kebakaran Hutan yang terbanyak karena tindakan dan kelalaian
manusia. Ada yang menyebutkan hampir 90% Kebakaran Hutan disebabkan oleh manusia sedangkan hanya 10% yang
disebabkan oleh alam.
Pemanasan Global adalah meningkatnya
suhu rata-rata permukaan bumi akibat peningkatan jumlah emisi Gas Rumah Kaca di
atmosfer. Pemanasan Global akan diikuti dengan Perubahan Iklim, seperti
meningkatnya curah hujan di beberapa belahan dunia sehingga menimbulkan banjir
dan erosi. Sedangkan, di belahan bumi lain akan mengalami musim kering yang
berkepanjangan disebabkan kenaikan suhu.
2. Hubungan Kebakaran Hutan dengan Pemanasan
Global
Kebakaran
hutan itu menghasilkan gas CO2 yang
kemudian akan terangkat ke atmosfer bumi, nah di atmosfer bumi itu, CO2 akan
memerangkap panas radiasi matahari, dimana panas dari matahari ini malah akan
di pantulkan kembali ke bumi sehingga bumi menajdi panas suhunya.
Juga
pemanasan global menyebabkan kebakaran hutan.
pemanasan global meningkatkan suhu rata2 udara, laut dan daratan. hutan menjadi
kering dan kemudian terbakar oleh udara yg panas.
3. Kebakaran Hutan sebagai Penyebab Pemanasan
Global
Sebenarnya
tidak hanya hutan, tapi semua bahan organik mengandung karbon tersimpan.
jumlah karbon tersimpan pada bahan organik rata2 berkisar 46 % berat keringnya.
jadi kalo ada sebatang pohon dengan diameter 45 cm, dihitung biomassanya sesuai
dengan volume dan berat jenis, maka dapat diperkirakan biomassanya sekitar
25879 kg. klo pohon ini terbakar maka akan terlepas karbon ke udara bebas
sekitar 10 ton karbon.
Kasus
yang berbeda bila terjadi kebakaran pada lahan gambut. Lahan gambut merupakan
suatu ekosistem lahan basah yang dibentuk oleh adanya penimbunan/akumulasi
bahan organik di lantai hutan yang berasal dari reruntuhan vegetasi di atasnya
dalam kurun waktu lama. Akumulasi ini terjadi karena lambatnya laju dekomposisi
dibandingkan dengan laju penimbunan bahan organic di lantai hutan yang
basah/tergenang tersebut. Seperti gambut tropis lainnya, gambut di Indonesia
dibentuk oleh akumulasi residu vegetasi tropis yang kaya akan kandungan lignin
dan nitrogen. Karena lambatnya proses dekomposisi, di ekosistem rawa gambut
masih dapat dijumpai batang, cabang dan akar besar.
Secara
global lahan gambut menyimpan sekitar 329 - 525 giga ton (Gt) karbon atau 15-35
% dari total karbon terestris. Sekitar 86 % (455 Gt) dari Karbon di lahan
gambut tersebut tersimpan di daerah temperate (Kanada dan Rusia) sedangkan
sisanya sekitar 14 % (70 Gt) terdapat di daerah tropis. (Murdiyarso et al,
2004). Cadangan karbon yang besar ini pulalah yang menyebabkan tinggginya
jumlah karbon yang dilepaskan ke atmosfer ketika lahan gambut di Indonesia
terbakar pada tahun 1997, yang berkisar antara 0,81-2,57 Gt (Page, 2002).
Sementara itu, pendugaan emisi yang dilakukan di lahan gambut di sekitar Taman
Nasional Berbak, Sumatera menunjukan angka sebesar 7 juta ton karbon
(Murdiyarso et al., 2004). Dengan demikian, gambut memiliki peran yang cukup
besar sebagai penjaga iklim global. Apabila gambut tersebut terbakar atau
mengalami kerusakan, materi ini akan mengeluarkan gas terutama CO2, N2O dan CH4
ke udara dan siap menjadi perubah iklim dunia.
Intinya, setiap aktivitas pembakaran akan melepaskan karbon ke udara. demikian
juga dengan pembakaran sampah rumah tangga, pembakaran bbm untuk rumah tangga,
industri, mesin, kendaraan, dll juga akan menyumbang karbon ke udara. dan
menambah jumlah gas rumah kaca yang pada akhirnya memicu percepatan pemanasan
global
Pemanasan global terjadi ketika ada
konsentrasi gas-gas tertentu yang dikenal dengan gas rumah kaca, yg terus
bertambah di udara, hal tersebut disebabkan oleh tindakan manusia, kegiatan
industri, khususnya CO2 dan chlorofluorocarbon. Yang terutama adalah karbon
dioksida, yang umumnya dihasilkan oleh penggunaan batubara, minyak bumi, gas dan
penggundulan hutan serta pembakaran hutan.
Asam nitrat dihasilkan oleh
kendaraan dan emisi industri, sedangkan emisi metan disebabkan oleh aktivitas
industri dan pertanian. Chlorofluorocarbon CFCs merusak lapisan ozon seperti
juga gas rumah kaca menyebabkan pemanasan global, tetapi sekarang dihapus dalam
Protokol Montreal. Karbon dioksida, chlorofluorocarbon, metan, asam nitrat
adalah gas-gas polutif yang terakumulasi di udara dan menyaring banyak panas
dari matahari. Sementara lautan dan vegetasi menangkap banyak CO2, kemampuannya
untuk menjadi “atap” sekarang berlebihan akibat emisi. Ini berarti bahwa setiap
tahun, jumlah akumulatif dari gas rumah kaca yang berada di udara bertambah dan
itu berarti mempercepat pemanasan global.
Sepanjang seratus tahun ini konsumsi energi dunia bertambah
secara spektakuler. Sekitar 70% energi dipakai oleh negara-negara maju; dan 78%
dari energi tersebut berasal dari bahan bakar fosil. Hal ini menyebabkan
ketidakseimbangan yang mengakibatkan sejumlah wilayah terkuras habis dan yang
lainnya mereguk keuntungan. Sementara itu, jumlah dana untuk pemanfaatan energi
yang tak dapat habis (matahari, angin, biogas, air, khususnya hidro mini dan
makro), yang dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, baik di negara maju
maupun miskin tetaplah rendah, dalam perbandingan dengan bantuan keuangan dan
investasi yang dialokasikan untuk bahan bakar fosil dan energi nuklir.
Penggundulan hutan yang mengurangi penyerapan karbon oleh
pohon, menyebabkan emisi karbon bertambah sebesar 20%, dan mengubah iklim mikro lokal dan
siklus hidrologis, sehingga mempengaruhi kesuburan tanah.
4. Dampak Kebakaran Hutan terhadap Pemanasan
Global dan aspek-aspek penting lainnya
Dampak
yang ditimbulkan kebakaran hutan ternyata sangat kompleks. Kebakaran
hutan tidak hanya berdampak terhadap ekologi dan mengakibatkan kerusakan
lingkungan saja. Namun dampak dari kebakaran hutan ternyata mencakup
bidang-bidang lain.
Menurut Rully Syumanda (2003),
menyebutkan ada 4 aspek yang terindikasi sebagai dampak dari kebakaran hutan.
Keempat dampak tersebut mencakup dampak terhadap kehidupan sosial, budaya, dan
ekonomi, dampak terhadap ekologis dan kerusakan lingkungan, dampak terhadap
hubungan antar negara, serta dampak terhadap perhubungan dan pariwisata.
Dampak Terhadap Sosial, Budaya, dan
Ekonomi.
Kebakaran hutan memberikan dampak
yang signifikan terhadap kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi yang diantaranya
meliputi:
- Terganggunya
aktivitas sehari-hari; Asap yang diakibatkan oleh kebakaran hutan secara
otomatis mengganggu aktivitas manusia sehari-hari, apalagi bagi yang
aktivitasnya dilakukan di luar ruangan.
- Menurunnya
produktivitas; Terganggunya aktivitas manusia akibat kebakaran hutan dapat
mempengaruhi produktivitas dan penghasilan.
- Hilangnya
sejumlah mata pencaharian masyarakat di dan sekitar hutan; Selain itu,
bagi masyarakat yang menggantungkan hidup dari mengolah hasil hutan,
dengan terbakarnya hutan berarti hilang pula area kerja (mata pencarian).
- Meningkatnya
hama; Kebakaran hutan akan memusnahkan sebagian spesies dan merusak
kesimbangan alam sehingga spesies-spesies yang berpotensi menjadi hama
tidak terkontrol. Selain itu, terbakarnya hutan akan membuat sebagian binatang
kehilangan habitat yang kemudian memaksa mereka untuk keluar dari hutan
dan menjadi hama seperti gajah, monyet, dan binatang lain.
- Terganggunya
kesehatan; Kebakaran hutan berakibat pada pencemaran udara oleh debu, gas
SOx, NOx, COx, dan lain-lain dapat menimbulkan dampak negatif terhadap
kesehatan manusia, antara lain infeksi saluran pernafasan, sesak nafas,
iritasi kulit, iritasi mata, dan lain-lain.
- Tersedotnya
anggaran negara; Setiap tahunnya diperlukan biaya yang besar untuk
menangani (menghentikan) kebakaran hutan. Pun untuk merehabilitasi hutan
yang terbakar serta berbagai dampak lain semisal kesehatan masyarakat dan
bencana alam yang diambilkan dari kas negara.
- Menurunnya
devisa negara. Hutan telah menjadi salah satu sumber devisa negara baik
dari kayu maupun produk-produk non kayu lainnya, termasuk pariwisata.
Dengan terbakarnya hutan sumber devisa akan musnah. Selain itu, menurunnya
produktivitas akibat kebakaran hutan pun pada akhirnya berpengaruh pada
devisa negara.
Dampak Terhadap Ekologis dan
Kerusakan Lingkungan.
Kebakaran hutan memberikan dampak
langsung terhadap ekologi dan lingkungan yang diantaranya adalah:
- Hilangnya
sejumlah spesies; selain membakar aneka flora,
kebakaran hutan juga mengancam kelangsungan hidup sejumlah binatang.
Bebrabagai spesies endemik (tumbuhan maupun hewan) terancam punah akibat
kebakaran hutan.
- Erosi;
Hutan dengan tanamannya berfungsi sebagai penahan erosi. Ketika tanaman
musnah akibat kebakaran hutan akan menyisakan lahan hutan yang mudah
terkena erosi baik oleh air hujan bahkan angin sekalipun.
- Alih
fungsi hutan; Kawasan hutan yang terbakar membutuhkan waktu yang lama untuk
kembali menjadi hutan. Bahkan sering kali hutan mengalami perubahan
peruntukan menjadi perkebunan atau padang ilalang.
- Penurunan
kualitas air; Salah satu fungsi ekologis
hutan adalah dalam daur hidrologis. Terbakarnya hutan memberikan dampak
hilangnya kemampuan hutan menyerap dan menyimpan air hujan.
- Pemanasan global;
Kebakaran hutan menghasilkan asap dan gas CO2 dan gas lainnya. Selain itu,
dengan terbakarnya hutan akan menurunkan kemampuan hutan sebagai penyimpan
karbon. Keduanya berpengaruh besar pada perubahan iklim dan pemansan
global.
- Sendimentasi
sungai; Debu dan sisa pembakaran yang terbawa erosi akan mengendap di sungai dan menimbulkan pendangkalan.
- Meningkatnya
bencana alam; Terganggunya fungsi ekologi hutan akibat kebakaran hutan
membuat intensitas bencana alam
(banjir, tanah longsor, dan kekeringan) meningkat.
Dampak Terhadap Hubungan Antar
Negara.
Asap hasil kebakaran hutan menjadi
masalah serius bukan hanya di daerah sekitar hutan saja. Asap terbawa angin
hingga ke daerah lain bahkan mencapai berbagai negara tetangga seperti
Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
Dampak Terhadap Perhubungan dan
Pariwisata.
Kebakaran hutan pun berdampak pada
pariwisata baik secara langsung ataupun tidak. Dampaknya seperti ditutupnya obyek wisata
hutan dan berbagai sarana pendukungnya, terganggunya transportasi, terutama
transportasi udara. Kesemunya berakibat pada penurunan tingkat wisatawan secara
nasional.
Mengingat sedemikian kompleknya
dampak yang diakibatkan oleh kebakaran hutan sudah selayaknya kita semua
mewaspadai. Sekalipun tinggal jauh dari hutan, menumbuhkan kesadaran akan
bahaya kebakaran hutan mungkin salah satunya.
Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius
bagi lingkungan bio-geofisik (seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air
laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim,
punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, dsb).
Sedangkan dampak bagi aktivitas sosial-ekonomi masyarakat meliputi : (a)
gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota pantai, (b) gangguan terhadap
fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan, pelabuhan dan bandara (c)
gangguan terhadap permukiman penduduk, (d) pengurangan produktivitas lahan
pertanian, (e) peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit, dsb). Dalam
makalah ini, fokus diberikan pada antisipasi terhadap dua dampak pemanasan
global, yakni : kenaikan muka air laut (sea level rise) dan banjir.
Dampak-dampak lainnya :
· Musnahnya berbagai jenis keanekragaman hayati
· Meningkatnya frekuensi dan intensitas hujan badai, angin
topan, dan banjir
· Mencairnya es dan glasier di kutub
· Meningkatnya jumlah tanah kering yang potensial menjadi
gurun karena kekeringan yang berkepanjangan
· Kenaikan permukaan laut hingga menyebabkan banjir yang
luas. Pada tahun 2100 diperkirakan permukaan air laut naik hingga 15 - 95 cm.
· Kenaikan suhu air laut menyebabkan terjadinya pemutihan
karang (coral bleaching) dan kerusakan terumbu karang di seluruh dunia
· Meningkatnya frekuensi kebakaran hutan
· Menyebarnya penyakit-penyakit tropis, seperti malaria, ke
daerah-daerah baru karena bertambahnya populasi serangga (nyamuk)
· Daerah-daerah tertentu menjadi padat dan sesak karena
terjadi arus pengungsian
5. Solusi Kebakaran Hutan dan Pemanasan Global
Cara Mencegah Kebakaran Hutan
1. Mapping : pembuatan peta kerawanan hutan di wilayah
teritorialnya masing-masing. Fungsi ini bisa dilakukan dengan berbagai cara,
namun yang lazim digunakan adalah 3 cara berikut:
• pemetaan daerah rawan yang dibuat berdasarkan hasil olah data dari masa lalu
maupun hasil prediksi
• pemetaan daerah rawan yang dibuat seiring dengan adanya survai desa
(Partisipatory Rural Appraisal)
• pemetaan daerah rawan dengan menggunakan Global Positioning System atau citra
satelit
2. Informasi : penyediaan sistem informasi kebakaran hutan.
Hal ini bisa dilakukan dengan pembuatan sistem deteksi dini (early warning
system) di setiap tingkat. Deteksi dini dapat dilaksanakan dengan 2 cara
berikut :
• analisis kondisi ekologis, sosial, dan ekonomi suatu wilayah
• pengolahan data hasil pengintaian petugas
3. Sosialisasi : pengadaan penyuluhan, pembinaan dan
pelatihan kepada masyarakat. Penyuluhan dimaksudkan agar menginformasikan
kepada masyarakat di setiap wilayah mengenai bahaya dan dampak, serta peran
aktivitas manusia yang
seringkali memicu dan menyebabkan kebakaran hutan. Penyuluhan juga bisa
menginformasikan kepada masayarakat mengenai daerah mana saja yang rawan
terhadap kebakaran dan upaya pencegahannya.
Pembinaan merupakan kegiatan yang mengajak masyarakat untuk dapat meminimalkan
intensitas terjadinya kebakaran hutan.
Sementara, pelatihan bertujuan untuk mempersiapkan masyarakat, khususnya yang
tinggal di sekitar wilayah rawan kebakaran hutan,untuk melakukan tindakan awal
dalam merespon kebakaran hutan.
4. Standardisasi : pembuatan dan penggunaan SOP (Standard
Operating Procedure)
Untuk memudahkan tercapainya pelaksanaan program pencegahan kebakaran hutan
maupun efektivitas dalam penanganan kebakaran hutan, diperlukan standar yang
baku dalam berbagai hal berikut :
• Metode pelaporan
Untuk menjamin adanya konsistensi dan keberlanjutan data yang masuk, khususnya
data yang berkaitan dengan kebakaran hutan, harus diterapkan sistem pelaporan
yang sederhana dan mudah dimengerti masyarakat. Ketika data yang masuk sudah
lancar, diperlukan analisis yang tepat sehingga bisa dijadikan sebuah dasar
untuk kebijakan yang tepat.
• Peralatan
Standar minimal peralatan yang harus dimiliki oleh setiap daerah harus bisa
diterapkan oleh pemerintah, meskipun standar ini bisa disesuaikan kembali
sehubungan dengan potensi terjadinya kebakaran hutan, fasilitas pendukung, dan
sumber daya manusia yang tersedia di daerah.
• Metode Pelatihan untuk Penanganan Kebakaran Hutan
Standardisasi ini perlu dilakukan untuk membentuk petugas penanganan kebakaran
yang efisien dan efektif dalam mencegah maupun menangani kebakaran hutan yang
terjadi. Adanya standardisasi ini akan memudahkan petugas penanganan kebakaran
untuk segera mengambil inisiatif yang tepat dan jelas ketika terjadi kasus
kebakaran hutan
5. Supervisi : pemantauan dan pengawasan kepada pihak-pihak
yang berkaitan langsung dengan hutan. Pemantauan adalah kegiatan untuk
mendeteksi kemungkinan terjadinya perusakan lingkungan, sedangkan pengawasan
adalah tindak lanjut dari hasil analisis pemantauan. Jadi, pemantauan berkaitan
langsung dengan penyediaan data,kemudian pengawasan merupakan respon dari hasil
olah data tersebut. Pemantauan, menurut kementerian lingkungan hidup, dibagi
menjadi empat, yaitu :
o Pemantauan terbuka : Pemantauan dengan cara mengamati langsung objek yang
diamati. Contoh : patroli hutan
o Pemantauan tertutup (intelejen) :
Pemantauan yang dilakukan dengan cara penyelidikan yang hanya diketahui oleh
aparat tertentu.
o Pemantauan pasif : Pemantauan yang dilakukan berdasarkan dokumen, laporan,
dan keterangan dari data-data sekunder, termasuk laporan pemantauan tertutup.
o Pemantauan aktif
Pemantauan dengan cara memeriksa langsung dan menghimpun data di lapangan
secara primer. Contohnya : melakukan survei ke daerah-daerah rawan kebakaran
hutan. Sedangkan, pengawasan dapat dilihat melalui 2 pendekatan, yaitu :
o Preventif : kegiatan pengawasan untuk pencegahan sebelum terjadinya perusakan
lingkungan (pembakaran hutan). Contohnya : pengawasan untuk menentukan status
ketika akan terjadi kebakaran hutan
o Represif : kegiatan pengawasan yang bertujuan untuk menanggulangi perusakan
yang sedang terjadi atau telah terjadi serta akibat-akibatnya sesudah
terjadinya kerusakan lingkungan.
Untuk mendukung keberhasilan, upaya pencegahan yang sudah
dikemukakan diatas, diperlukan berbagai pengembangan fasilitas pendukung yang
meliputi :
1. Pengembangan dan sosialisasi hasil pemetaan kawasan rawan
kebakaran hutan
Hasil pemetaan sebisa mungkin dibuat sampai sedetail mungkin dan disebarkan
pada berbagai instansi terkait sehingga bisa digunakan sebagai pedoman kegiatan
institusi yang berkepentingan di setiap unit kawasan atau daerah.
2. Pengembangan organisasi penyelenggara Pencegahan
Kebakaran Hutan
Pencegahan Kebakaran Hutan perlu dilakukan secara terpadu antar sektor,
tingkatan dan daerah. Peran serta masyarakat menjadi kunci dari keberhasilan
upaya pencegahan ini. Sementara itu, aparatur pemerintah, militer dan
kepolisian, serta kalangan swasta perlu menyediakan fasilitas yang memadai
untuk memungkinkan terselenggaranya Pencegahan Kebakaran Hutan secara efisien
dan efektif.
3. Pengembangan sistem komunikasi
Sistem komunikasi perlu dikembangkan seoptimal mungkin sehingga koordinasi
antar tingkatan (daerah sampai pusat) maupun antar daerah bisa berjalan cepat.
Hal ini akan mendukung kelancaran early warning system, transfer data, dan
sosialisasi kebijakan yangberkaitan dengan kebakaran hutan.
Cara mencegah Pemanasan Global
a.
Tanam Pohon
Satu pohon berukuran agak besar dapat menyerap 6 kg CO2 per
tahunnya. Dalam seluruh masa hidupnya, satu batang pohon dapat menyerap 1 ton
CO2. United Nations Environment Programme (UNEP) melaporkan bahwa pembabatan
hutan menyumbang 20% emisi gas rumah kaca. Seperti kita ketahui, pohon menyerap
karbon yang ada dalam atmosfer. Bila mereka ditebang atau dibakar, karbon yang
pernah mereka serap sebagian besar justru akan dilepaskan kembali ke atmosfer.
Maka, pikir seribu kali sebelum menebang pohon di sekitar Anda. Pembabatan
hutan juga berkaitan dengan peternakan. Tahukah Anda area hutan hujan seukuran
1 lapangan sepak bola setiap menitnya ditebang untuk lahan merumput ternak?
Bila Anda berubah menjadi seorang vegetarian, Anda dapat menyelamatkan 1 ha
pohon per tahunnya.
b.
Bepergian yang Ramah Lingkungan
Cobalah untuk berjalan kaki, menggunakan telekonferensi
untuk rapat, atau pergi bersama-sama dalam satu mobil. Bila memungkinkan,
gunakan kendaraan yang menggunakan bahan bakar alternatif. Setiap 1 liter bahan
bakar fosil yang dibakar dalam mesin mobil menyumbang 2,5 kg CO2. Bila jaraknya
dekat dan tidak terburu waktu, anda bisa memilih kereta api daripada pesawat.
Menurut IPCC, bepergian dengan pesawat menyumbang 3-5% gas rumah kaca.
c.
Kurangi Belanja
Industri menyumbang 20% gas emisi rumah kaca dunia dan
kebanyakan berasal dari penggunaan bahan bakar fosil. Jenis industri yang
membutuhkan banyak bahan bakar fosil sebagai contohnya besi, baja, bahan-bahan
kimia, pupuk, semen, gelas, keramik, dan kertas. Oleh karena itu, jangan cepat
membuang barang, lalu membeli yang baru. Setiap proses produksi barang
menyumbang CO2.
d.
Beli Makanan Organik
Tanah organik menangkap dan menyimpan CO2 lebih besar dari
pertanian konvensional. The Soil Association menambahkan bahwa produksi secara
organik dapat mengurangi 26% CO2 yang disumbang oleh pertanian.
e.
Gunakan Lampu Hemat Energi
Bila Anda mengganti 1 lampu di rumah Anda dengan lampu hemat
energi, Anda dapat menghemat 400 kg CO2 dan lampu hemat energi 10 kali lebih
tahan lama daripada lampu pijar biasa.
f.
Gunakan Kipas Angin
AC yang menggunakan daya 1.000 Watt menyumbang 650 gr CO2
per jamnya. Karena itu, mungkin Anda bisa mencoba menggunakan kipas angin.
g.
Jemur Pakaian Anda di bawah Sinar
Matahari
Bila Anda menggunakan alat pengering, Anda mengeluarkan 3 kg
CO2. Menjemur pakaian secara alami jauh lebih baik: pakaian Anda lebih awet dan
energi yang dipakai tidak menyebabkan polusi udara.
h.
Daur Ulang Sampah Organik
Tempat Pembuangan Sampah (TPA) menyumbang 3% emisi gas rumah
kaca melalui metana yang dilepaskan saat proses pembusukan sampah. Dengan
membuat pupuk kompos dari sampah organik (misal dari sisa makanan, kertas,
daun-daunan) untuk kebun Anda, Anda bisa membantu mengurangi masalah ini!
i.
Pisahkan Sampah Kertas, Plastik, dan
Kaleng agar Dapat Didaur Ulang
Mendaur ulang aluminium dapat menghemat 90% energi yang
dibutuhkan untuk memproduksi kaleng aluminium yang baru – menghemat 9 kg CO2
per kilogram aluminium! Untuk 1 kg plastik yang didaur ulang, Anda menghemat
1,5 kg CO2, untuk 1 kg kertas yang didaur ulang, Anda menghemat 900 kg CO2.
BAB
III
PENUTUP
DAN KESIMPULAN
1. PENUTUP
Demikian yang
dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah
ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan
penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
2.
KESIMPULAN
Pemanasan global telah menjadi
permasalahan yang menjadi sorotan utama umat manusia. Fenomena ini bukan lain
diakibatkan oleh perbuatan manusia sendiri dan dampaknya diderita oleh manusia
itu juga. Untuk mengatasi pemanasan global diperlukan usaha yang sangat keras
karena hampir mustahil untuk diselesaikan saat ini. Pemanasan global memang
sulit diatasi, namun kita bisa mengurangi efeknya.Penangguangan hal ini adalah
kesadaran kita terhadap kehidupan bumi di masa depan. Apabila kita telah
menanamkan kecintaan terhadap bumi ini maka pmanasan global hanyalah sejarah
kelam yang pernah menimpa bumi ini.
3.
SARAN
Kehidupan ini berawal dari kehidupan di bumi jauh sebelum
makhluk hidup ada. Maka dari itu untuk menjaga dan melestarikan bumi ini harus
beberapa dekade kah kita memikirkannya. Sampai pada satu sisi dimana bumi ini
telah tua dan memohon agar kita menjaga serta melstarikannya. Marilah kita
bergotong royang untuk menyelematkan bumi yang telah memberikan kita kehidupan
yang sempurna ini. Stop global warming.